Matthew J. Bruccoli (MJB) merupakan seorang bibliographer dan kolektor buku. MJB mengagumi Wyllie yang merupakan seorang kurator buku langka sekaligus pustakawan dan akademisi terbaik. MJB pernah bekerjasama dengan Kritzer (Pustakawan sekaligus peneliti bidang akuisisi dan pengembangan koleksi) dan Terry (Dekan Universitas South Carolina) yang memiliki visi bahwa perpustakaan harusnya menjadi apa dan melakukan apa. MJB menghargai mann (Curator Penn State) dan Cagle (Ketua Penn library), juga yang dianggapnya bookman heroes seperti Feinberg, Whitman (Scholar Collector) dan patnernya Claerk. Salah satu kutipan menarik dari diucapkan MJB, seperti :
“Setiap orang adalah pengarang, terbadikan dalam sebuah buku, buku yang ditemukan di perpustakaan.”
Buku untuk pembelajaran, buku untuk penelitian, buku untuk referensi adalah membahayakan. Buku berisi halaman –halaman cetak terbatas, tidak berupa gambar di layar. Perpustakaan merupakan gedung yang penuh dengan buku umum, buku khusus, buku langka, buku berharga dan buku tidak berharga. Pengguna yang menggunakannya adalah membahayakan.
Kilgour (Seorang Pustakawan) mengatakan “Tidak butuh untuk ke perpustakaan itu penting untuk mengubah penyediaan layanan perpustakaan. Kenyataannya mahasiswa tidak pernah ke perpustakaan tentu bertolak belakang. Namun, MJB percaya bahawa Perpustakaan akan tetap ada dan bertahan. Kekhawatiran pada book-hater dan book-dopes akan dapat diatasi.
MJB tertawa ketika mendengar pustakawan/spesialis informasi berbicara “virtual library” dengan gembira dan bangga. Menurut MJB bahwa virtual library akan menghancurkan buku.
- Suatu buku elektronik pada layar adalah bukan buku. Buku elektronik tidak bekerja sebagaimana buku semestinya
- Pada layar, membaca secara berkelanjutan tidak dimungkinkan.
- Perpustakaan virtual akan menghancurkan teknik membaca, membaca menjadi sebuah aksi anti sosial.
- Tanpa perpustakaan dan buku sesungguhnya, Pustakawan/Spesialis Informasi tidak akan diperkerjakan.
Pustakawan turut andil berkolaborasi dalam pengembangan instrumen penelitian virtual library yang menghancurkan buku dan koran. Koran pada layar adalah bukan koran. Koran pada layar tidak bekerja sebagaiman koran sesungguhnya. Teknik membaca koran, tidak akan bisa diterapkan pada koran elektronik. Bentuk dan layout koran akan hilang. Terlebih lagi, koran berbentuk mikrofilm akan rusak dan tidak ada sama sekali.
Tidak ada yang lebih penting dari buku. Tidak ada yang lebih penting dari perpustakaan sesungguhnya. Tidak ada yang dapat menduplikasi atau menggantikan stimulasi intelektual dan kegembiraan di dalam gedung yang penuh buku. Tidak ada yang mereplikasi pengalaman berjalan di rak, melihat buku, menyentuh buku, mendengarkan buku memanggil-manggil, me!, me!, read me!
Menurut Morier (bibliographer) kelebihan buku elektronik yaitu bisa menggunakan jari, tidak berbau, lebih cepat, mudah ditemu balik, mudah diubah serta mudah dihapus. Sementara buku selalu berkaitan dengan jenis kertas, sampul, berat, wangi tinta dan kertas.
Buku elektronik diasumsikan sebagai duplikasi buku yang berupa gambar pada layar, yang tidak menampilkan watermark, ketersediaan buku, ketebalan buku, tidak dapat disatukan, cap tidak dapat diidentifikasi, jenis bahan tidak dapat diidentifikasi secara akurat.
Terdapat dua nilai baik dalam buku dan buku elektronik yaitu Magical Value dan Meaningful Value. Magical value diartikan lebih luas, berarti apapun. Meaningful value untuk memperluas pemahaman dari karya dan hidup dari pengarang.
“Buku menumbuhkan situasi, budaya, masyarakat yang menginspirasi, menghasilkan dan berguna. Buku bukan benda artifak dan item kuno dari kolektor”
Ketika administrator dan benda elektronik menggantikan perpustakaan dengan layar, maka pustakawan yang memiliki keahlian pemilihan buku untuk alih media dan preservasi menjadi sangat penting dalam profesi pustakawan. Pustakawan tersebut dapat mengenali edisi, cetakan, isue dan pernyataan.
Jutaan buku akan hancur, setelah buku tersebut dialih media; scan, didigitalisasi, diunggah di google. MJB percaya bahwa buku tidak akan dipreservasi setelah di alih media menjadi buku elektronik, buku akan hilang. Alih media buku merupakan bentuk preservasi, sebaliknya justru hasil alih media menggantikan buku cetak (Book Enemies).
Sebagian besar buku tidak memerlukan preservasi elektronik, buku akan bertahan. Tidak benar apabila buku akan rusak mengalami oksidasi ketika di rak. Banyak perusahaan menjual alat untuk membuat dan membaca microfilm koran. Jika dilihat, Kertas lebih stabil dan awet dibandingkan dengan hardrives dan CDs. Sekarang bisa dilihat bahwa tidak ada satupun eksemplar koran.
Universitas menghabiskan uang untuk mengembangkan teknologi, bukan untuk pengadaan buku. Hardware dan software bukan buku. Perpustakaan memiliki buku, buku umum, buku langka, buku bernilai dan buku tak bernilai. Fungsi perpustakaan adalah untuk memiliki buku ketika pengguna membutuhkannya.
Buku untuk hiburan akan bertahan dan buku referensi menjadi perantara. Guru-guru mengatakan bahwa siswanya tidak pergi ke perpustakaan, lebih memilih mencari dan membaca di layar. Referensi elektronik belum tentu kebenarannya, sebagian besar tidak diedit dan tidak ada credit, bahkan tidak diketahui penulis. Seorang siswa juga diketahui plagiasi. Mereka tidak menggunakan buku, menggunakan referensi elektronik. Tidak ada perintah guru kepada siswanya untuk lebih banyak membaca. Para pendidik - termasuk pustakawan - harus mendorong siswa ke perpustakaan.
“Tidak ada lebih penting daripada buku. Peroleh buku. Pelihara buku. Puja buku”
Ilustrasi Akhir buku dan perpustakaan Sumber: Bruccoli (2013) |
Sumber: Bruccoli, M. J. (2013). The end of books and the death of libraries. Against the Grain, 19(1), 31.
Posting Komentar untuk "Berakhirnya buku dan matinya perpustakaan? "
Untuk pembaca blog Ganipramudyo.web.id, Feel free to ask!