Tips yang dapat saya berikan yaitu tulis esai sesuai kontribusi yang anda telah lakukan, mulai dari hal-hal kecil yang bisa berdampak pula bagi Indonesia.
Nantinya essai yang anda buat akan anda pertanggungjawabkan apabila anda lolos pada tahap seleksi subtansi wawancara. Pengenalan diri anda dan pertanyaan wawancara anda tidak jauh dari essai yang anda tulis.
Berikut saya bagikan Kontribusiku Bagi Indonesia: Kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/instansi/ profesi komunitas:
Contoh esai kontribusi saya yang berjudul "Kilas Balik Capaian dan Keinginan Menjadi Seorang Dosen"
Saat ini saya telah menyelesaikan studi Sarjana (S1) Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) dengan beasiswa Bidikmisi yang diberikan oleh pemerintah. Studi S1 Ilmu Perpustakaan saya pilih karena merupakan jurusan yang tidak begitu banyak dilihat, dan bahkan seringkali “dipandang sebelah mata”. Namun ketika saya berada pada studi ini, belajar, kuliah, bertemu dosen dan teman, menjadikan wawasan dan cakrawala pengetahuan saya terbuka. Perpustakaan tidak hanya sebatas “mengelola buku”, tetapi lebih berkembang yaitu, “tata kelola informasi” menekankan pada aspek tatakelola, dokumentasi, manajemen maupun pelayanan publik pada lembaga dokumenter bukan hanya perpustakaan, tetapi semua lembaga yang memiliki dokumen.
Banyak hal saya raih ketika masa perkuliahan, termasuk beberapa pengalaman saya seperti Student Employment bagian pengolahan koleksi di Perpustakaan Universitas Brawijaya. Kemudian Magang di Perpustakaan Universitas Negeri Malang, Student Employee di Unit Laboratorium Perpustakaan dan Arsip (ULPA) FIA UB, serta pengabdian masyarakat di Perpustakaan SMPN 6 Malang, Perpustakaan SDN Bandungrejosari 2 Malang dan TBM Teras Baca Kota Malang.
Salah satu prestasi saya yaitu Finalist of Liblicious Epicentrum 2017 FIKOM UNPAD bertema “Management development in Museum”. Dalam tema tersebut, saya dan kedua rekan saya mengeksplorasi konsep pengembangan perpustakaan sebagai ruang publik agar mampu diterapkan sebagai pengembangan museum. Kami mengusung konsep, “Museum for Us” dengan menawarkan enam program diantaranya space for us, open volunteer, museum keliling, intermuseum loan, user of experience dan rembug santai, program itu ditujukan untuk Museum Sonobudoyo. Kami menuju final dan acara bertempat di UNPAD Jatinangor. Sempat terpikir bagi kami untuk mengundurkan diri, karena tidak mempunyai dana. Namun kami tetap berupaya, hingga terbuka jalan, yaitu prodi yang membantu kami meminta dana ke fakultas. Alhamdulillah, kami berangkat dengan persiapan apa adanya, karena waktu yang habis untuk menyusun proposal pengajuan dana. Hasilnya, gagasan kami mendapatkan peringkat 6 tingkat nasional. Pengalaman dari lomba tersebut kian memperkuat, memperteguh dan mempertegas saya untuk berupaya mendalami terkait bidang keilmuan “Ilmu Perpustakaan”.
Saat ini saya aktif menjadi Student Employee (SE) di ULPA FIA UB bagian Koordinator Layanan Pengguna. ULPA sebagai pusat sumber pembelajaran untuk seluruh sivitas akademika (Smart People). Pada awalnya, ULPA lebih dikenal dengan ruang baca, kemudian berkembang hingga dikenal dengan nama Fadel Muhammad Resource Center. Secara resmi namanya berganti menjadi ULPA pada akhir Mei 2018 berada di bawah Governance Laboratory FIA UB. Saya selama lebih dari satu tahun menjadi bagian dari ULPA, baik sebagai volunteer maupun SE, serta mengikuti beberapa kegiatan yang diselengarakan di dalamnya. Saya banyak belajar terkait keilmuan “Ilmu Perpustakaan” dan mempraktikan ilmu yang telah didapat dari bangku perkuliahan di ULPA. Saya banyak menerima pembelajaran dari Pak Stefanus (Ketua ULPA), Pak Hendra (Sekretaris), Mbak Emi (Staf), Rekan magang, SE, Student Volunteer, Smart People maupun semua pihak yang terkait dalam pengembangan ULPA dan keilmuan saya.
ULPA masih dianggap menjadi “tempat penyimpanan buku” dan “tempat baca”, tidak hanya ULPA saja, tetapi hampir semua perpustakaan dianggap demikian. Ironis memang, ketika banyak orang menganggap perpustakaan demikian, tak seperti apa yang dikatakan oleh Rubin (2016: 1-14) yang menyebutkan bahwa perpustakaan merupakan infrastruktur pengetahuan yang terdiri dari komponen informasi, rekreasi, pendidikan dan budaya yang mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Infrastruktur pengetahuan itu dipandang sebagai sebuah proses, perangkat, jaringan, media industri dan institusi yang memberikan sumber informasi terpercaya, menyediakan banyak materi dan layanan serta akses melalui antarmuka ke sumber daya di seluruh dunia. Disini dapat kita petik bahwa perpustakaan disebut dengan “Knowledge Infrastructure”, namun sayangnya anggapan itu masih belum diketahui dan dipahami.
Selama saya belajar di ULPA sebagai volunteer, banyak hal yang saya dapat bersama rekan ULPA. Istilah volunteer sendiri muncul ketika ada inovasi dari Pak Hendra dan saya melihat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh ULPA, seperti adanya anggapan “ruang baca” dan tak adanya “program literasi informasi” yang melibatkan smart people. Kemudian dicoba untuk open recruitmen volunteer batch 1 pada 15 September 2016 yang diikuti oleh 11 mahasiswa ilmu perpustakaan termasuk saya, sedikit banyak berpengaruh pada pengembangan ULPA saat ini. Terdapat banyak program yang berkembang dan masih terus berjalan di ULPA seperti User of The Month, Student Volunteer (SV), User Education, Bedah Buku dan Bincang Santai. Program ULPA ini merupakan hasil dari ide dan gagasan seluruh sumber daya manusia (SDM) ULPA. ULPA ke depannya saya yakin akan bertumbuh dan berkembang lebih baik, karena ditunjang SDM yang berkualitas. Tidak hanya dari segi program, tetapi juga beberapa produk “kemas ulang informasi” dihasilkan seperti infografis, sinopsis,resensi dan artikel. Tidak hanya program dan produk yang dihasilkan, sekarang ini ULPA pun berusaha memberikan jasa pengembangan lembaga dokumenter “Lab Digital”. Lab digital bertujuan untuk mengembangkan lembaga dokumenter pada aspek pemanfaatan teknologi informasi Kedepannya, Lab digital ini tidak hanya ditawarkan secara profit, tetapi juga nirlaba dalam rangka mengembangkan TBM.
Berbekal keilmuan, pengalaman, serta keahlian yang saya kuasai, saya berkeinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister (S2) Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Institut Pertanian Bogor. Saya ingin fokus dan lebih ahli dalam bidang keilmuan saya dan mengaplikasikannya kepada masyarakat, sehingga dapat berguna dan bermanfaat. Ada banyak hal yang belum saya tahu, belum saya gali, pun belum saya terapkan di masyarakat terkait dengan keilmuan saya. Namun dengan perlahan, saya mulai untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu saya di masyarakat dalam bentuk pengabdian masyarakat.
Bila saya diberikan kesempatan untuk menerima beasiswa LPDP Afirmasi ini, saya ingin menentukan peran sebagai seorang dosen pada sebuah institusi pendidikan tinggi. Saya ingin menjadi seorang dosen, karena dosen merupakan sebuah profesi bernilai tinggi. Peran dosen bukan hanya mentransfer pengetahuan tetapi juga nilai-nilai luhur, agar mahasiswa unggul secara akademik maupun mengakar pribadi yang berintegritas. Dosen mampu melahirkan manusia-manusia berkualitas, karena itu saya ingin menjadi seorang dosen. Saya ingin mengajar dan memberikan apa yang telah saya peroleh kepada individu dan masyarakat yang mau belajar dan mempraktikannya kembali kepada masyarakat, baik di institusi perguruan tinggi maupun acara pelatihan, forum diskusi, seminar dan workshop. Saya juga ingin menjadi konsultan untuk membantu mengembangkan lembaga dokumenter maupun TBM, sehingga lembaga tersebut dapat mewujudkan perannya sebagai sebuah infrastruktur pengetahuan yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan bagi bangsa ini.
Halo kak, boleh minta kontak kaka ga? saya mau tanya tanya masalah essay lpdp
BalasHapusBoleh, DM instagram ya @ganipramudyo
HapusKak mau tak follow blog nya gak bisa
BalasHapuskak, kira-kira aku bisa minta tolong untuk dicek essay aku juga nggak kak? kebetulan sudah buat cuman butuh a proof reader gitu kak
BalasHapus