BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era perkembangan teknologi informasi saat ini, bentuk, bahan dan jenis sumber informasi (bacaan) menjadi semakin beragam dan berkembang. Hal yang penting dalam bacaan sebenarnya adalah sasaran yang dituju (pemakai). Untuk siapa bacaan tersebut dibuat, mengapa, dan bagaimana. Sasaran bacaan yang dituju seperti anak-anak, remaja, dewasa dan lansia menjadi salah satu aspek penting. Jika dilihat perkembangan minat baca anak di Indonesia dilansir di situs antaranews.com maka dapat dilihat bahwa:
Kalau dilihat angka-angka dan data-data lain sering kali memang fakta angka di atas kertas kemampuan membaca anak-anak Indonesia bahkan dibandingkan dengan negara lain seperti Aseanpun masih sangat jauh," tuturnya.Ia membandingkan masyarakat Eropa atau Amerika khususnya anak-anak dalam setahun bisa membaca buku hingga 25-27 persen buku. Kemudian juga di Jepang bisa mencapai 15-18 persen buku per tahun."Sementara di Indonesia jumlahnya hanya mencapai 0,01 persen pertahun," ujar presenter kawakan Mata Najwa tersebut. (Kaha:2017)
Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa minat baca anak Indonesia sangat rendah di banding negara lain. Beberapa penyebab rendahnya minat baca ini juga dipengaruhi oleh kurang pedulinya pembaca akan manfaat dari membaca itu sendiri. Lebih spesifik terkait ketersediaan bahan bacaan anak, di Perpustakaan Umum Kota Malang sebagai penyedia kebutuhan informasi dan sumber bacaaan di Kota Malang, dilansir di beritajatim.com dijelaskan bahwa :
Demi meningkatkan minat baca warga Kota Malang, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Malang siap untuk menambah koleksi buku di tahun 2016. Minat baca warga Kota Malang saat ini dianggap masih belum tinggi. Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Malang, Endang Soejatikah mengatakan, setiap tahunnya, pihaknya melakukan pengajuan penambahan buku antara 4 ribu hingga 6 ribu judul buku. Sedangkan peningkatan minat baca warga Kota Malang hanya 7 persen. (Ramadahan,2016)
Sementara untuk ketersediaan koleksi atau sumber bacaan dapat ditarik kesimpulan dan disajikan berdasarkan tabel di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah koleksi buku di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Malang (Ramadhan, 2016)
Jenis Buku |
Jumlah Buku |
Buku referensi |
5.060 |
Buku umum |
27.506 |
Buku untuk anak-anak |
5.765 |
Buku di mobil keliling |
2.713 |
Buku lain |
1.775 |
Total/Jumlah Buku |
42.819 |
Keterangan: Jumlah koleksi buku di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Malang mencapai 42.819 buku, dengan rincian 26.155 judul buku yang terdiri dari 5.060 buku referensi, 27.506 buku umum, 5.765 buku untuk anak-anak, dan 2.713 buku di mobil keliling.
Dari data di atas dapat disumpulkan bahwa buku umum yang ada di Perpustakaan Kota Malang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan buku anak-anak. Poin pentingnya disini adalah buku bacaan untuk anak yang kurang mencukupi dan kurang diminati oleh anak-anak. Kurangnya diminati bacaan anak disini karena berbagai faktor salah satunya adalah pemilihan bacaaan untuk anak. Menurut Leonhardt (1997) dalam Auliawan (2013:5) beberapa hal yang harus diperhatikan saat pemilihan koleksi yang tepat guna untuk anak yaitu mencermati perkembangan selera membaca anak pemilihan bacaan anak, biasanya anak-anak lebih menyukai fiksi yang imajinatif atau realistis, menyediakan buku-buku yang alurnya melibatkan minat khusus anak, hampir semua anak menyukai buku-buku humor dan menyediakan buku yang dikenal anak-anak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pemilihan bacaan anak harus mengacu pada kebutuhan dan minat anak terhadap bacaan.
Minat baca anak di Indonesia terutama di malang selalu berurusan dengan ketersediaan koleksi anak dan pemilihan bacaan. Pemilihan bacaan yang tepat dianggap dapat menarik minat baca anak. Pemilihan bacaan anak yang tepat perlu beberapa syarat yang harus diperhatikan, sehingga bacaan tersebut menjadi bermanfaat bagi anak. Dengan adanya latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pemilihan bacaan-bacaan, sehingga penulis mengambil judul “Pemilihan bacaan anak dan remaja”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemilihan bacaan untuk anak?
2. Bagaimana tahapan perkembangan membaca berdasarkan umur?
3. Bagaimana jenis bacaan anak berdasarkan umur?
C. Tujuan
1. Mengetahui pemilihan bacaan untuk anak.
2. Mengetahui tahapan perkembangan membaca berdasarkan umur.
3. Mengetahui jenis bacaan anak berdasarkan umur.
BAB II PEMBAHASAN
A. Memilih Buku untuk Anak
Lynch (1999:9-10) menjelaskan poin penting tentang pemilihan bacaan yaitu kualitas dan isi literatur. Sementara pemilihan bacaan anak meliputi know the child, know the books, Consider the Mode of Delivery. 8
1. Kenali Anak
Guru dan Pustakawan yang baik cenderung mengenal murid mereka dengan baik. Sekarang dapat dipilih buku dengan topik tertentu dan ditulis pada tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Guru dan Pustakawan harus bisa mengumpulkan buku yang disukai dan bagaimana memperolehnya. Selain itu, Guru dan Pustakawan harus memiliki pemahaman umum tentang tingkat membaca dan mendengarkan siswa. Seringkali, kemampuan anak membaca dan mendengarkan pada tingkat yang berbeda, Anak-anak muda, khususny dapat mendengarkan dan lebih sulit memahami daripada yang bisa mereka baca dan pahami. Perbedaan ini adalah salah satu yang mengakomodasi Guru dan Pustakawan dengan membaca lebih banyak buku yang menantang dan memberikan pilihan bahan bacaan lebih mudah untuk pembacaan anak.
2. Ketahui Buku
Guru dan pustakawan yang membaca buku anak-anak secara teratur, dapat mengenali dan mendapat informasi tentang buku yang baru diterbitkan yang kemungkinan besar akan dapat menarik minat anak-anak untuk membaca buku. Tentu saja, sangat sulit untuk membaca secara luas dan untuk dapat berbagi. Namun, tidak perlu membaca setiap buku yang dibaca siswa Anda untuk dipahami dengan baik dalam literatur anak-anak ;Selain membaca buku, ada beberapa cara lain untuk mengenali buku. Anda dapat meminta informasi lebih lanjut tentang judul terkini, berbagi informasi tentang buku dengan kolega dan ulasan-ulasan buku.
Pertimbangan guru dan pustakawan dalam pemilihan bacaan anak adalah keterbacaan dan kerumitan konsepsi dari buku.
a) Keterbacaan adalah perkiraan kesulitan teks berdasarkan kata-kata kosakatanya dan kata-kata yang tidak biasa) dan struktur kalimat (kalimat pendek dan sederhana versus kalimat yang panjang dan kompleks).
b) Kesulitan konseptual berkaitan dengan ketepatan gagasan dan bagaimana gagasan ini muncul. Simbolisme, abstraksi, dan deskripsi panjang berkontribusi pada kompleksitas gagasan, sama seperti penggunaan kilas balik atau sudut pandang pergeseran menyumbang kompleksitas presentasi plot.
3. Pertimbangkan Cara Penyampaian
Apakah buku ini dimaksudkan untuk pembacaan mandiri oleh anak-anak atau untuk membaca dengan suara keras oleh orang dewasa merupakan pertimbangan penting lainnya dalam memilih buku untuk anak-anak. Anak-anak dapat mendengarkan dengan baik komentar untuk buku yang terlalu sulit dibaca secara mandiri. Sebenarnya, guru yang baik sering memilih buku yang menantang untuk siswa mereka secara intelektual sehingga siswa dapat dibimbing dalam pengenalan karya sastra yang lebih mendalam.
B. Tahapan perkembangan membaca
Ase S. Muchyidin dalam Sudarsana (2010:5.17) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memahami suatu bahan bacaan, antara lain:
1. Terdapat sejumlah kata yang sama, mungkin arti atau maknanya berbeda apabila dikaitkan dengan konteks kalimat yang berlainan;
2. Kalimat menunjukan suatu pengertian tertentu, apabila disertakan faktor intonasi dalam membacanya yang akan menunjukkan makna yang berlainan;
3. Jika disertakan tanda-tanda baca akan mempertegas secara khusus pesan penulis yang harus dihayati oleh pembaca dalam mengartikan kalimat tersebut;
4. Gabungan sejumlah kalimat dalam suatu paragrap atau alinea menunjukan suatu pengertian yang lebih luas dan terintegrasi;
5. Pendekatan gaya penulisan, apakah induktif atau deduktif perlu dipahami dalam menemukan makna sajian;
6. Kemampuan pembaca dalam menemukan kata kunci dalam suatu kalimat atau kalimat kunci dalam suatu alinea akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap suatu bacaan;
7. Tajuk yang disajikan, apakah merupakan judul baba tau subab merupakan rambuu-rambu awal yang harus digarisbawahi dalam menemukan makna suatu bacaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa secara umum bacaan harus memenuhi beberapa hal-hal. Dengan memenuhinya suatu bacaan akan dapat memenuhi suatu kelayakan bacaan yang dapat dibaca. Disamping dapat menjaga kualitas bacaan yang akan dibuat atau diedarkan agar tetap berkualitas.
Kesesuaian usia dikemukakan oleh Ch. Euhler dalam sudarsana 2010 (2010:5.11) menunjukan lima fase, yaitu:
1. Usia fantasi anak, umur 2 – 4 tahun,
2. Usia dongeng, umur 4 – 8 tahun,
3. Usia petualangan, umur 8 – 11/12 tahun,
4. Usia kepahlawan, umur 12 -15 tahun, dan
5. Usia liris dan romantis, umur 15 -20 tahun
Fase-fase usia tersebut menandakan tema atau judul yang sesuai untuk dijadikan bahan anak. Tema tersebut sangat tergantung pada berkembangan anak. Dan tingkat pendidikan yang telah ditempuh. Maka dari berkembangan dan pendidikan anak dapat ditentukan judul atau bahan bacaan yang sesuai dan layak untuk dibaca.
Menurut Chall, dalam Sudarsana 2010 (2010:5.19-5.21) memberikan bagan tahapan membaca, antara lain sebagai berikut.
1. Tahapan 0 : prereading, pseudoreading (membaca)
Tahap ini dimulai pada anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun, karakterestik dan kemampuan yang dicapai pada tahap ini adalah:
a. Seseorang anak pada tahap ini berpura-pura bisa membaca;
b. Menceritakan kembali cerita bila dia melihat buku yang dibacakan sebelumnya kepadanya;
c. Mengenal abjad dan mulai mengucapkannya;
d. Mengenali beberapa tanda;
e. Menulis namanya sendiri,
f. Bermain dengan buku, pensil, dan kertas
Cara mereka mendapatkan hal tersebut adalah dengan cara mendengarkan apa yang dibacakan oleh orang dewasa kepadanya di mana orang dewasa ini menanggapi dan mengharagai ketertarikan anak akan bucu dan membaca; tersedianya buku, kertas, pensil, dan huruf-huruf.
Pada tahap ini kebanyakan anak dapat mengerti buku cerita anak-anak dan cerita yang dibacakan kepada mereka. Mereka mengerti ribuan kata yang mereka dengar sampai saat usia enam tahun, akan tetai mereka hanya bisa menuliskan sedikit dari kata-kata tersebut.
2. Tahapan 1: initial reading and decoding (pengenalan awal membaca dan decoding )
Tahap ini dimulai pada usia 6 dan 7 tahun atau pada Grade 1 dan permulaan Grade 2 di sekolahnya. Karakteristik dan kemampuan kualitatif yang dicapai pada tahap ini adalah:
a. Seorang anak belajar hubungan antara huruf dan bunyi;
b. Hubungan antara kata lisan dan tulisan;
c. Seorang anak dapat membaca teks sederhana yang mengandung kata-kata berfrekuensi tinggi dan kata-kata biasa;
d. Menggunakan keahlian dan pengelihatan untuk mengucapkan kata-kata satu silabel yang baru.
Mereka mendapatkan hal tersebut dengan cara pengajaran langsung dalam hubungan kata-kata (phonics) dan berlatih dalam menggunakanya, membaca cerita-cerita sederhana yang menggunakan kata-kata dengan frekuensi yang tinggi, dan mendengarkan apa yang dibaca kepada mereka. Bahan bacaan yang ditanyakannya adalah bahan yang lebih tinggi dari apa yang sudah dibacanya sendiri, untuk mengembakan pola bahasa, pengetahuan akan ata baru dan ide. Pada tahap ini tingkat kesulitan bahasa tulisan masih ada dibawah bahasa yang ia mengerti secara lisan pada tahap ini kebanyakan anak dapat mengerti sampai 4000 kata atau nahkan lebih secara lisan tapi mereka hanya dapat sekitar 600 kata.
3. Tahap 2: confirmation and fluency (konfirmasi dan kelancaran)
Tahap ini berada pada usia anak 7 – 8 tahun. Karakteristik dan kemampuan kualitatif yang dicapai pada tahap ini adalah:
a. Seorang anak dapat membaca cerita sederhana yang sudah dikenalnya dengan kelancaran yang bertambah yang dilakukan dengan mengkonsolidasi unsur-unsur penyandian dasar dan pengelihatan perbendaharaan kata;
b. Konteks arti dalam membaca cerita yang sudah dikenalnya yang didapat melalui pengajaran langsung dalam keahlian penyandian yang lebih maju;
c. Membaca secara bebas bahan-bahan yang menarik, baik atas perintah orang lain maupun atas kemauan sendiri yang dapat membantu meningkatkan kelancaran membaca;
d. Membacakan sesuatu yang ada di atas tingkat kemampuan membaca mereka untuk mengembangkan Bahasa, perbendaharaan kata, dan konsep-konsep.
Pada akhir tahap ini sekitar 3.000 kata dapat mereka baca dan mengerti, serta sekitar 9.000 kata mereka ketahui secara lisan. Namun, pada tahap ini mendengarkan masih tetap efektif dibandingan membaca.
4. Reading for learning the new (membaca untuk mempelajari hal-hal baru)
Tahap ini berada pada saat usia anak sekitar 9 – 13 tahun. Tahap ini terbagi dalam dua fase, yaitu fase A dan fase B. Fase A, yaitu tingkat intermediate antara kelas 4 sampai dengan kelas 6; sedangkan fase B, yaitu tingkat Junior High School (SMP). Karakteristik dan kemampuan kualitatif yang dicapai pada tahap ini adalah kegiatan membaca digunakan untuk:
a. Mempelajari ide-ide baru:
b. Memperoleh pengetahuan baru, dan
c. Mempelajari sikap-sikap baru yang pada umumnya dilihat pada sutu sudut pandang.
Jenis bahan bacaan yang sesuai untuk tahap ini dalah buku teks, buku refrensi, koran, dan majalah. Pada tahap ini juga terdapat peningkatan minat pada jenis fiksi, nonfiksi, dan biografi.
Dari tahapan-tahapan diatas dapat disimpulkan pada setiap jenjang umur anak memiliki karakteristik masing yang berbeda. Hal ini dilihat dari pendidikan yang ditempuhnya. Maka kita dapat mengidentifikasi bacaan yang tepat sesuai karakteristisk. Setiap anak mendapatkan kemampuan berdasarkan apa yang diajarkanya sesuai dengan tingkatan umur dan tingkatan pendidikanya. Mereka mendapatkan kemampuan dari membaca dan proses membacanya sendiri, kemampuan yang mereka dapatkan seperti mengenal kata kiasan, memahami cerita secara mendalam, menyimpulkan sebuah cerita, dll.
C. Jenis Buku Bacaan Anak Berdasarkan Umur
Menurut Wulan, Cahya Tri (2016) menjelaskan jenis buku bacaan anak berdasarkan umur adalah sebagai berikut:
1. Babies (0-18 bulan)
Jenis buku yang sesuai bagi bayi dengan usia 0-18 bulan adalah tipe buku dengan fisik yang lebih kuat dari sisi kertasnya, kuat maksudnya adalah buku-buku dengan kualitas kertas lebih tebal dan tidak mudah robek. Mengingat anak dengan usia tersebut belum mengerti dan mengenal buku maka biasanya ia hanya menyentuhnya saja karena itu jika kualitas kertasnya buruk maka buku akan cepet robek. Selain kualitas kertas buku yang kuat, kita juga bisa menyediakan koleksi buku yang dapat merangsang indera anak, misalnya buku 3 dimensi dengan gambar timbul yang bisa disentuh anak hingga bisa memaksimalkan indera perabanya. Jenis buku yang bisa mengeluarkan suara atau lampu-lampu juga bisa digunakan guna merangsang indera pendengaran dan penglihatan anak sehingga menarik minatnya terhadap buku tersebut.
2. Toddlers (3 tahun)
Untuk usia Toddlers atau batita (bayi tiga tahun) sebenarnya masih biasa menggunakan jenis buku untuk bayi 0-18 bulan seperti yang dipaparkan diatas, kemudian ditambahkan dengan pengenalan buku aktivitas. Buku aktivitas dapat berisi aktivitas saja atau menggabungkan cerita dengan aktivitas. Untuk anak usia ini, lebih baik diperkenalkan jenis buku aktivitas tanpa campuran cerita terlebih dahulu. Misalnya aktivitas menempelkan gambar dan lain-lain.
3. Preschooler (3-5 tahun)
Anak usia preschooler atau balita yaitu usia anak sebelum mamasuki masa sekolah. Di usia ini kita bisa memberikan anak buku cerita bergambar jenis pictorial book, yaitu buku cerita dengan muatan tulisan cerita sangat sedikit dan gambar hampir mendominasi keseluruhan lembar buku. Cerita hanya bersifat sebagai pelengkap. Bahkan diharapkan orangtua membacakan buku ini dengan menggunakan bahasanya sendiri. Selain pictorial book, buku jenis aktivitas juga dianjurkan diberikan pada anak usia ini karena berguna untuk mematangkan anak sebelum memasuki dunia sekolah yang sesungguhnya. Buku aktivitas yang diberikan bisa buku aktivitas yang berisi aktivitas saja atau menggabungkan cerita dengan aktivitas.
4. Early Elementary (6-8 tahun)
Anak usia early elementary atau usia awal sekolah sebaiknya disuguhi dengan bacaan yang sifatnya dasar seperti pengenalan huruf, kalimat dan cara membaca yang tepat karena dalam tahapan ini masih baru mengenal bacaan. Untuk buku ceritanya kita bisa memberikan buku cerita bergambar jenis llustration Book, yaitu buku yang biasanya memiliki perbandingan gambar dan cerita seimbang. Jumlah halamannya pun lebih banyak dibandingkan pictorial book. Jenis buku ini biasanya sudah dibaca langsung oleh anak. Karena umumnya sifat anak usia ini adalah penasaran akan segala sesuatu hal maka melalui llustration Bookanak sudah mulai tertarik membaca kalimat demi kalimat dari suatu cerita karena dia tidak bisa hanya mengandalkan gambar yang ditampilkan dalam cerita yang kurang lengkap.
5. Tweenagers ( 8-12 tahun)
Anak usia tweenagers atau remaja awal sudah bisa kita suguhi buku jenis novel, cerpen atau kumpulan cerpen yang biasanya minim gambar. Namun kita juga harus memperhatikan materi muatan cerita fiksi tersebut yang harus mengandung pembelajaran dan tidak memberikan dampak buruk bagi anak. Seperti layaknya karya fiksi umumnya maka novel atau cerpen khusus anak pun memiliki unsur-unsur fiksi seperti ide, tema, penokohan, karakter, setting dan alur. Hanya saja biasanya unsur-unsur tersebut lebih sederhana. Jumlah halaman pada cerpen atau novel anak juga tidak sebanyak dengan cerpen atau novel dewasa. Sebagai gambaran, untuk novel anak hanya berkisar maksimal 60 halaman. Jauh lebih sedikit dibanding novel dewasa yang bisa beratus-ratus halaman.
6. Teenagers (12-18 tahun)
Saat usia teenagers atau remaja, anak mulai mengenal buku dengan berbagai jenis subjek. Karena itu pemilihan buku biasanya disesuaikan dengan keinginan dan kesukaannya semata, ini adalah masa peralihan dimana anak tersebut akan memilih koleksi buku anak atau mulai memasuki koleksi umum. Maka peranan pustakawan adalah penyediaan buku dengan subjek-subjek baru yang menarik bagi remaja. Cara tercepat untuk melakukan hal tersebut adalah melalui hobi mereka. Dengan mengetahui hobinya maka kita bisa memancing mereka untuk membaca buku yang berkaitan dengan hobi tersebut. Contohnya remaja mulai hobi berdandan maka kita sediakan buku kecantikan, salon dan fashion begitupun jika ia senang menonton moto gp maka kita sediakan koleksi tentang otomotif dan sebagainya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memilih buku untuk anak perlu diperhatikan tiga yaitu kenali anak, ketahui buku dan pertimbangkan cara penyampaian. Disamping itu harus mempertimbangkan tahapan-tahapan perkembangan membaca anak. Karena dengan hal itu kita dapat mengidentifikasi tema atau isi bacaan yang cocok dengan usia dan pendidikan anak. Jenis bacaan dibedakan berdasarkan umur yaitu Babies (0-18 bulan), Toddlers (3 tahun), Preschooler (3-5 tahun), Early Elementary (6-8 tahun), Tweenagers (8-12 tahun) dan Teenagers (12-18 tahun). Tentunya jenis bacaan dari setiap jenjang umur berbeda disesuaikan dengan porsi masing-masing.
B. Saran
Setelah kami membuat seluruh isi dari makalah syarat pemilihan bacaan ini kami bermaksud memberi sedikit saran kepada pembaca untuk memperhatikan jenis bacaan yang sesuai untuk anak-anak berdasarkan umur maupun pendidikannya. Saran untuk pustakawan, sebaiknya pustakawan, khususnya pustakawan yang bekerja di perpustakaan umum maupun perpustakaan yang memiliki koleksi khusus anak untuk lebih memperhatikan dan teliti dalam memilih koleksi yang disajikan untuk anak-anak. Saran untuk anak sebaiknya membanca bacaan yang lebih bersifat edukatif dan tidak mengandung unsur-unsur dewasa sama sekali.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi makalah yang penulis buat. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah.
Daftar Pustaka
Auliawan, Fiqi dan Lawanda, Ike Iswary.2013. Pemilihan Bacan Anak:Studi Kasus di Komunitas 1001 Buku Dalam http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-04/S53075-Fiqi%20Auliawan%20Wisnuwardhana diakses pada Senin, 30 Oktober 2017 Pukul 20.00 WIB
Kaha, Kornelis.2017.Najwa Shihab: minat baca masyarakat Indonesia rendah Dalam http://www.antaranews.com/berita/646185/najwa-shihab-minat-baca-masyarakat-indonesia-rendah diakses pada Senin, 30 Oktober 2017 Pukul 21.00 WIB
Lynch-Brown, Carol dan Tomlinson,Carl M. 1999. Essential of Children’s Literature. USA: Allyn dan Bacon.
Ramadhan, Lucky Aditya.2016. Minat Baca di Kota Malang Masih Rendah Dalam http://beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/274082/minat_baca_di_kota_malang_masih_rendah.html diakses pada Senin, 30 Oktober 2017 Pukul 21.10 WIBSudarsana. 2010. Materi pokok pembinaan minat baca. Jakarta: Universitas Terburka.
Sudarsana, Undang. 2010. Materi pokok pembinaan minat baca. Jakarta:Universitas Terbuka
Wulan, Cahya Tri. 2016. Jenis Bacaan dan Program Kegiatan Perpustakaan Bagi Anak dan Remaja Dalam (http://bpad.babelprov.go.id/perpus/artikel/155-jenis-bacaan-dan-kegiatan-perpus-bagi-anak-dan-remaja.html), diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 pukul 21.30 WIB.
Posting Komentar untuk "Pemilihan Bacaan Anak dan Remaja"
Untuk pembaca blog Ganipramudyo.web.id, Feel free to ask!