BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Preservasi bahan pustaka adalah suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan terkelola untuk memastikan bahan-bahan pustaka dapat terpelihara dengan baik agar dapat tetap dipakai selama mungkin. Sedangkan Konservasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perpustakaan untuk melestarikan semua bahan koleksi yang ada agar tetap dalam keadaan yang baik, bisa digunakan serta dalam pelestariannya mengacu pada kebijakan perpustakaan tersebut. Kedua hal tersebut adalah kegiatan yang sangat penting dalam perpustakaan dalam menjaga koleksi agar selalu awet.
Kegiatan preservasi dan konservasi merupakan salah kegiatan yang harus dilakukan oleh Perpustakaan. Untuk itu, penulis mengambil studi kasus di Perpustakaan STIE Malangkucecwara untuk mengetahui sejauh mana kegiatan preservasi dan konservasi yang telah diimplementasikan.
Rumusan Masalah
- Bagaimana kegiatan pemeliharaan koleksi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara ?
- Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan koleksi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara ?
- Bagaimana cara Perpustakaan STIE Malangkucecwara mencegah kerusakan koleksi ? dan Bagaimana cara memperbaiki koleksi yang rusak ?
Tujuan
- Menjelaskan kegiatan pemeliharaan koleksi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara
- Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan koleksi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara
- Menjelaskan cara Perpustakaan STIE Malangkucecwara mencegah kerusakan koleksi dan cara memperbaiki koleksi yang rusak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pelestarian Bahan Pustaka
Martoatmodjo, Karmidi (2009) menjelaskan maksud pelestarian bahan pustaka ialah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. sedangkan fungsi dari pelestarian bahan pustaka ini ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan diruang lembab.
Razak (1995) dalam Tarigan, Eka Evriza (200?) menjelaskan Kebijakan pelestarian bahan pustaka merupakan suatu dokumen yang berisi maksud preservasi secara rinci dan prosedur yang terkandung di dalamnya. Pelaksanaan kebijakan preservasi diperoleh melalui proses perencanaan mulai dari proses penelusuran, survey kondisi dan penelitian cara-cara pelestarian yang akan dilakukan.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dan cara Pencegahannya
Koleksi perpustakaan sebagian besar terbuat dari bahan kertas yang mudah rusak. Untuk itu perlu adanya pelestarian bahan pustaka agar tetap awet. Rahayuningsih, F(2007) menjelaskan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan buku cepat rusak dan kotor antara lain :
1. Alam (Udara lembab, air, jamur, debu, sinar matahari langsung dan dimakan waktu)
Akibat yang ditimbulkan:
a. Udara yang lembab menimbulkan jamur dan mikroganisme yang dapat merusak bahan pustaka.
b. Koleksi yang terkena air mengakibatkan timbulnya jamur pada koleksi, bentuk koleksi berubah dan mudah hancur.
c. Koleksi yang terkena sinar matahari secara langsung mengakibatkan koleksi berubah warna dan lebih cepat rapuk.
Pencegahan:
Supaya udara tidak lembab dan tidak tumbuh jamur, ruang perpustakaan harus tetap terang, ventilasi harus cukup dan ruangan dipasang lampu yang tetap menyala dan atau dipasang AC dengan temperatur 220 - 250C.
2. Serangga (Firebrat, silverfish, kecoa, rayap)
Akibat yang ditimbulkan:
Bahan pustaka berlubang, jilidan rusak, bahkan koleksi hancur dimakan serangga.
Pencegahan :
Supaya tidak dimakan dengan serangga, sebulan sekali bukubuku disemprot dengan cairan obat anti serangga dan di setiap rak diberi kapur barus.
3. Manusia (ulah manusia yang dapat merusak buku antara lain menyobek, melipat halaman, mengotori)
Akibat yang ditimbulkan:
Halaman sobek, dicorat-coret, dilipat dan kotor terkena sisa makanan. Sisamakanan dapat menimbulkan jamur
Pencegahan :
Meningkatkan kesadaran para pengguna perpustakaan, misalnya dengan mengadakan acara pendidikan pengguna perpustakaan, talkshow, workshop, seminar, dan pelatihan.
Sementara itu, lebih lanjut Martoatmodjo, Karmidi (2009) menjelaskan kerusakan bahan pustaka dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Biologi, misal: serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang pengerat, jamur.
2. Faktor Fisika, misal: cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban.
3. Faktor Kimia, misal: zat–zat kimia, keasaman, oksidasi.
4. Faktor – faktor lain, misal: banjir, gempa bumi, api, manusia.
sedangkan beberapa cara pencegahan atas kerusakan bahan pustaka tersebut dapat dilakukakan sebagai berikut:
1. Faktor biologi
a. Binatang pengerat. Tempat penyimpanan harus bersih dan kering.
b. Serangga
1). Diupayakan ruangan tetap selalu bersih.
2). Susunan buku dalam rak-rak ditata secara rapi, sehingga ada sirkulasi udara udara.
3). Rak harus dibuat dari bahan yang tidak disukai oleh serangga (kayu jati/logam).
4). Pada rak diberikan bahan yang berbau, dan tidak disukai oleh serangga, seperti kamper, naftalen, dll.
5). Penyuntikan dengan bahan anti serangga (DTT).
6). Fumigasi: mencegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka.
c. Jamur
1). memeriksa buku secara berkala.
2). membersihkan tempat penyimpanan.
3). menurunkan suhu udara.
4). susunan pustaka tidak terlalu rapat supaya ada sirkulasi udara.
2. Faktor Fisika (alamiah)
a. Debu
1). Dilakukan penyedotan debu (vacuum cleaner )
2). Dipasang ac/ filter penyaring udara
3). Dipasang alat pembersih udara (air cleaner )
4). Disediakan almari kaca
b. Suhu Udara/kelembaban
1). Mengatur suhu udara dalam ruangan berkisar 20 – 24o C
2). Memasang alat dehumidifier/anti jamur (untuk ruangan) atau silicagel (untuk almari), untuk mengatur tingkat kelembapan.
c. Cahaya:
1). Matahari
Koleksi pustaka perlu dihindarkan dari sinar matahari langsung, yaitu dengan memasang filter flexy glass atau polyester film.
2). Listrik/Lampu
Koleksi pustaka harus dihindarkan dari sinar ultra violet yang berasal dari lampu neon dengan cara memberikan filter (UV fluorescent light) atau seng oksida dan titanium oksida.
3. Faktor kimia
a. Dengan memilih bahan pustaka yang baik dengan teliti, perlu dilihat jenis kertas dan tulisan.
b. Menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan (buffer).
4. Faktor lain-lain
a. Manusia
1). Menumbuhkan kesadaran pemakai tentang pentingnya peduli terhadap keutuhan pustaka.
2). Memberikan sanksi kepada perusak bahan pustaka.
3). Memasang rambu-rambu.
b. Bencana Alam
1). Menghindarkan dari bahaya api, banjir, dan listrik.
2). Tidak merokok di dalam ruangan.
3). Pemeriksaan kabel listrik secara berkala.
4). Memasang alarm (smoke detector).
5). Menempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat tersendiri.
6). Mengontrol air setiap ada turun hujan.
2.3 Perbaikan Bahan Pustaka (Restorasi)
Handoyo, Eko (2012) menjelaskan pekerjaan memperbaiki bahan pustaka disebut restorasi. Pekerjaan tersebut meliputi:
1. Menambal Kertas. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka yang selama ini dikenal, yaitu: penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang.
2. Memutihkan Kertas. Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan. Ini dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia, seperti: 1) Chloromine T 2,5%, 2) Gas Chlordioksida, 3) Natrium Chlorida, 4) Potasium Permanganate, 5) Natrium Hipochlorite, dan 6) Hidrogen Peroksida. Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi baik tulisan cetak maupun tulisan tangan.
3. Mengganti Halaman yang Robek. Halaman yang robek dan robekkannya tidak dapat diperbaiki dengan menambalnya/sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Dengan cara menyisipkan dan menempelkan menggunakan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang.
4. Mengencangkan Benang Jilidan yang Kendur. Apabila belum terlalu parah kita dapat menarik benang tersebut untuk mengencangkan jilidannya. Dengan jarum benang, kita jahit dan matikan benang yang longgar tadi. Namun apabila sudah terlalu parah maka bukalah kertas pelindung dan sampul buku sekaligus. Lihat benangnya dan kemudian kencangkan yang longgar, sambung yang putus atau ganti benang dengan menjilidnya lagi. Setelah itu pasangkan lagi lembar pelindung dan sampulnya.
5. Memperbaiki Punggung Buku, Engsel, atau Sampul Buku yang Rusak. Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan tersebut bisa diperbaiki. Pada kerusakan punggung buku misalnya, engsel buku dan sampul buku harus dilakukan dengan membongkar buku yang rusak, kemudian memperbaiki/menggantinya dengan yang baru.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Sekilas Tentang Perpustakaan STIE Malangkucecwara
Perpustakaan STIE Malangkuçeçwara mulai berdiri pada tahun 1980, bertempat di Gedung A dengan koleksi masih terbatas. Waktu demi waktu koleksi buku semakin banyak dan berkembang, sehingga tempat (Gedung A) kurang memadai karena terbatasnya ruangan. Akhirnya perpustakaan pindah ke Gedung J. Pada Tahun 1990 STIE membangun sebuah gedung perpustakaan, dan pada awal tahun 1991 perpustakaan menempati gedung baru dengan menggunakan pelayanan Sistem Tertutup. Dikarenakan kepentingan mahasiswa yang semakin beragam, dua tahun berikutnya perpustakaan menggunakan pelayanan Sistem Terbuka. Gedung lantai I digunakan untuk koleksi teks book dan untuk pelayanan sirkulasi, Gedung lantai II digunakan untuk Koleksi Referensi, skripsi, koran dan majalah, Pojok BEI menempati ruang tersendiri di gedung lantai II.
Kebijakan Preservasi dan Konservasi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara
Kebijakan preservasi dan konservasi bahan pustaka di Perpustakaan STIE Malangkucecwara secara tertulis tidak ada, tapi untuk kegiatan preservasi dan konservasi dilakukan sesuai dengan kemampuan dan jumlah sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia di Perpustakaan STIE Malangkucecwara ada 4 orang yaitu :
Ke empat orang tersebut juga bertugas melakukan preservasi dan konservasi.
1. Esti Setijasih bagian layanan pengolahan
3. Budi Haryanto dan Sri Astuti,S.IP bagian layanan referensi
2. M. Asikin bagian layanan sirkulasi
Gambar 2. Struktur Organisasi Perpustakaan STIE Malangkucecwara |
Kegiatan preservasi dan konservasi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara
Perpustakaan STIE Malangkucecwara telah dibangun dan difungsikan sejak 1991. Rancangan gedung berada tepat pada pinggir sungai yang mengalir deras. Dengan kedalam 4 meter yang dapat mencegah dari banjir. Dalam mencegah bencana banjir gedung perpustakaan memiliki sistem drainase yang baik dengan diarahkan langsung di sungai yang berada pada pinggir gedung. Untuk menjaga koleksi agar tidak lembab gedung perpustakaan memiliki banyak jendala yang terpasang. Dengan sirkulasi udara yang baik di setiap ruangan menjaga koleksi tetap baik. Terpasang kipas disetiap ruangan untuk mengatur suhu udara. koleksi yang tersimpan tidak terkena langsung sinar matahari.
Dalam kegiatan konservasi Perpustakaan STIE Malangkucecwara tidak memilki agenda rutin untuk melaksanakannya. Maka tidak ada waktu tepat dalam melakukan kegiatan konservasi tetapi tergantung dengan kondisi atau masalah yang dihadapi. Berikut kegiatan konservasi yang dilakukan oleh Perpustakaan STIE Malangkucecwara:
1) Melakukan perbaikan pada bagian gedung yang rusak secepat mungking. Seperti genting yang bocor, jendala yang rusak karena hujan lebat.
2) Kegiatan perawatan yang dilakukan sesuai dengan keadaan gedung perpustakaan. Pengecetan disaat warna tembok mulai memudar.
Dalam kegiatan preservasi bahan pustaka di Perpustakaan STIE Malangkucecwara dilakukan dua kali dalam satu tahun atau setiap libur semester STIE Malangkucecwara yaitu pada bulan Juli dan Desember. Kegiatan preservasi tersebut meliputi kegiatan :
1) Preventif atau tindakan pencegahan yaitu bentuk tindakan tidak langsung yang memiliki tujuan memperpanjang umur suatu bahan pustaka, adapun mekanisme yang dilakukan adalah menjaga, merawat, pengawasan secara berkala dan melakukan pencegahan fisiknya yang rusak disebabkan oleh faktor fisika, faktor kimia, biologi dan faktor lain seperti manusia dan bencana alam .
2) Kuratif atau tindakan pengobatan yaitu bentuk aksi langsung yang memiliki tujuan untuk mengembalikan dokumen yang telah rusak menjadi baik kembali, adapun mekanisme yang dilakukan adalah dengan perbaikan bahan pustaka.
Faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara
1. Faktor Biologi
Di Perpustakaan STIE Malangkucecwara ditemukan serangga perusak yaitu rayap kayu yang merusak rak buku. Untuk serangga lain ( kecoa, ikan perak, kutubuku, ngengat, kumbang), jamur dan binatang pengerat tidak ditemukan. Sementara bahan pustaka tidak mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi.
2. Faktor Fisika
Selain rayap kayu yang menjadi faktor perusak rak koleksi, terdapat faktor fisik seperti debu yang ditemukan di Perpustakaan STIE Malangkucecwara. Debu ini muncul akibat bahan pustaka jarang digunakan oleh pemustaka, selain itu debu ini juga disebabkan oleh kurangnya preservasi secara menyeluruh. Faktor perusak bahan pustaka seperti suhu, kelembaban dan cahaya tidak menjadi penyebab kerusakan bahan pustaka yang ada di Perpustakaan STIE Malangkucecwara.
3. Faktor Kimia
Di Perpustakaan STIE Malangkucecwara tidak ditemukan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh faktor kimia.
4. Faktor lain-lain
Di Perpustakaan STIE Malangkucecwara ditemukan bahan pustaka yang rusak yang disebabkan oleh manusia seperti :
1. Terdapat halaman buku yang hilang karena dirobek
2. Terdapat tulisan tangan atau coretan dari bolpoin, spidol, maupun
stabilo di bahan pustaka.
3. Terdapat lipatan lipatan dan bekas lipatan didalam bahan pustaka
4. Terdapat noda bekas makanan seperti minyak dalam bahan pustaka
5. Tidak menempatkan buku
pada tempatnya dan menaruhnya sembarangan di rak koleksi
Selain itu tidak ditemukan kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, gempa dan kebakaran
Tindakan yang dilakukan Perpustakaan STIE Malangkucecwara dalam mencegah kerusakan koleksi
1. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh pemustaka
Perpustakaan STIE Malangkucecwara memberikan sampul buku, supaya buku tetap awet, selain itu staf juga bertugas mengawasi apabila terdapat pemustaka yang merusak bahan pustaka.
2. Kebersihan lingkungan Perpustakaan
Ruangan Perpustakaan STIE Malangkucecwara dibersihkan oleh staf Perpustakaan. Kegiatan perawatan kebersihan dilakukan oleh masing-masing staf perpustakaan.
3. Penggunaan vacum cleaner untuk menghilangkan debu
Untuk menghilangkan debu di ruangan koleksi atau rak koleksi, Perpustakaan STIE Malangkucecwara menggunakan vacum cleaner. Penyedotan debu dengan vacum cleaner ini dilakukan secara berkala oleh petugas.
4. Penggunaan bahan kimia: Kapur barus
Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh serangga, Perpustakaan STIE Malangkucecwara memberikan kapur barus pada bagian rak koleksi untuk mencegah serangga merusak bahan pustaka dan sekaligus untuk membasmi serangga perusak tersebut. Pemberian kapur barus ini dilakukan dua kali dalam setahun atau pada saat libur semester.
Perbaikan bahan pustaka yang dilakukan Perpustakaan STIE Malangkucecwara
Sejauh ini Perpustakaan STIE Malangkucecwara sudah melakukan upaya untuk mengatasi kerusakan bahan pustaka. Kegiatan memperbaiki bahan pustaka disebut restorasi. Kegiatan restorasi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara tersebut meliputi:
1. Mengganti Halaman yang Robek Ada beberapa bahan pustaka di Perpustakaan STIE Malangkucecwara yang halaman bukunya hilang disebabkan oleh kelakuan pemustaka yang “nakal” dengan sengaja mengambil salah satu halaman buku. Pihak Perpustakaan STIE Malangkucecwara mengganti halaman yang robek tersebut dengan cara memfotokopi halaman sesuai dengan halaman yang robek dan memasangnya kembali pada tempatnya.
2. Memperbaiki Halaman yang Basah
Bahan pustaka Perpustakaan STIE Malangkucecwara yang dipinjam oleh pemustaka sering terkena air hujan karena pemustaka kurang berhati-hati dalam melindungi bahan pustaka yang telah dipinjam. Cara mengatasi hal tersebut adalah terlebih dahulu mengeringkan halaman buku yang terkena air, kemudian di press untuk melakukan perbaikan.
3. Memperbaiki Punggung Buku, Engsel, atau Sampul Buku yang Rusak
Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan tersebut bisa diperbaiki. Pada kerusakan punggung buku misalnya, engsel buku dan sampul buku harus dilakukan dengan membongkar buku yang rusak, kemudian memperbaiki/menggantinya dengan yang baru. Pada Perpustakaan STIE Malangkucecwara dijelaskan bahwa cara memperbaiki cover buku yang rusak adalah dengan menambal kertas pada cover yang rusak.
Dalam memperbaiki bahan pustaka, tentunya Perpustakaan STIE Malang Kucecwara membutuhkan alat dan ruangan tersendiri untuk memperbaiki bahan pustaka. Perpustakaan STIE Malangkucecwara belum memiliki alat dan ruangan tersendiri untuk melakukan perbaikan bahan pustaka, sehingga Perpustakaan STIE Malangkucecwara biasanya meminjam alat dan ruangan pada bagian percetakan. Jadi, bahan pustaka yang ingin diperbaiki terlebih dahulu dibawa ke bagian percetakan. Alat yang tersedia pada bagian percetakan antara lain, lem, alat pres dan gunting
Gap Teori dan Praktik
3.7.1 Kebijakan Preservasi dan konservasi
Tujuan dari kebijakan preservasi dan konservasi untuk menentukan arah bagi staf yang melayani pengguna jasa perpustakaan serta mengembangkan tanggung jawab terhadap cara-cara preservasi dan konservasi yang akan dilakukan. Kebijakan Preservasi dan konservasi di Perpustakaan STIE Malangkucecwara belum ada sehingga tidak ada standar operasional prosedur yang tetap dalam melaksanakan preservasi dan konservasi, meskipun secara lisan ditunjukkan dengan kegiatan yang dilaksanakan setahun dua kali atau pada saat libur semester melaksanakan kegiatan preservasi dan konservasi.
3.7.2 Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya
Pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan bahan pustaka yang ditimbulkan seperti faktor biologi atau Serangga adalah sebulan sekali bukubuku disemprot dengan cairan obat anti serangga dan di setiap rak diberi kapur barus. Faktor Fisika atau Debu (dengan melakukan penyedotan debu-vacuum cleaner,memasang ac/filter penyaring udara,memasang alat pembersih udara dan disediakan almari kaca) dan Faktor Manusia (ulah manusia yang dapat merusak buku antara lain menyobek, melipat halaman, mengotori) dapat dicegah dengan Meningkatkan kesadaran para pengguna perpustakaan, misalnya dengan mengadakan acara pendidikan pengguna perpustakaan, talkshow, workshop, seminar, dan pelatihan.
Pencegahan yang telah dilaksanakan Perpustakaan STIE Malangkucecwara hanya beberapa saja seperti pemberian kapur barus dan penggunaan vacum cleaner untuk membersihkan debu. Perpustakaan STIE Malangkucecwara mengadakan acara pendidikan pengguna perpustakaan, talkshow, workshop, seminar, dan pelatihan untuk Meningkatkan kesadaran para pengguna perpustakaan.
3.7.3 Perbaikan Bahan Pustaka (Restorasi)
Handoyo, Eko (2012) menjelaskan bahwa kegiatan memperbaiki bahan pustaka atau restorasi meliputi: menambal kertas, memutihkan kertas,mengganti halaman yang robek,mengencangkan benang jilidan yang kendur dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.
Pada Perpustakaan STIE Malangkucecwara hanya melaksanakan 3 kegiatan perbaikan bahan pustaka (mengganti halaman yang robek, memperbaiki halaman yang basah dan memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak). Sedangkan kegiatan perbaikan bahan pustaka (memutihkan kertas dan mengencangkan benang jilidan yang kendur) belum dilakukan.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Secara keseluruhan Perpustakaan STIE Malangkucecwara telah melakasanakan kegiatan preservasi dan konservasi dalam lingkup yang sederhan seperti perawatan bahan pustaka dengan memberikan sampulbuku, ruangan yang setiap hari dibersihkan, penggunaan vacum cleaner untuk membersihkan debu, penggunaan kapur barus untuk mencegah dan membunuh serangga. Selain itu Perpustakaan STIE Malangkucecwara juga melaksanakan kegiatan perbaikan bahan pustaka yang rusak seperti mengganti halaman yang robek, memperbaiki halaman yang basah, memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak yang dilaksanakan berkala dan dua kali dalam setahun.
Disi lain, Kebijakan preservasi dan konservasi secara tertulis belum ada, sehingga perlu adanya perumusan kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Perpustakaan STIE Malangkucecwara juga perlu menambahkan staf khusus dan ruang khusus untuk preservasi dan konservasi bahan pustaka. Sehingga kinerja dari kegiatan preservasi dan konservasi semakin efektif.
Saran
4.2.1. Pihak Perpustakaan
Sebaiknya pihak perpustakaan memberitahukan kepada pemustaka tentang cara menggunakan bahan pustaka, cara memperoleh bahan pustaka, cara menjaga bahan pustaka dan memberitahukan tentang pentingnya bahan pustaka dan pentingnya informasi yang terkandung didalamnya, supaya bahan pustakan tersebut tetap terjaga, tidak ada halaman yang robek, tidak ada buku/halaman yang basah terkena air hujan.
4.2.2. Kebijakan Preservasi dan Konservasi
Perpustakaan perlu membuat kebijakan preservasi dan konservasi sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Tujuan dari kebijakan preservasi dan konservasi ini adalah untuk memudahkan dan menentukan arah bagi staf yang melayani pengguna jasa perpustakaan dalam mengembangkan tanggung jawab terhadap cara-cara preservasi dan konservasi yang akan dilakukan.
Selain itu, Perpustakaan perlu membuat jadwal untuk kegiatan konservasi dalam merawat kondisi gedung dari kerusakan fisik. Menilai ulang kelayakan gedung dengan menyeluruh dan membuat prosedur dalam kegiatan konservasi maupun kegiatan preservasi atau perawatan bahan pustaka agar tetap awet dan tidak rusak karena faktor alam dan faktor lain.
4.2.3. Sumber Daya Manusia
Sebaiknya ditunjuk salah satu staf yang bertanggung jawab atas kegiatan preservasi dan konservasi. Staf tersebut bertanggungjawab sepenuhnya atas kegiatan preservasi dan konservasi. Karena sifatnya yang luas, maka penanggungjawab kegiatan preservasi dan konservasi harus bekerja samadengan berbagai pihak termasuk pada pihak pengolahan, referensi, dan sikulasi.
4.2.4. Peralatan dan Perlengkapan
Sebaiknya dibangun ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka beserta alat-alat untuk melakukan perbaikan bahan pustaka, sehingga Perpustakaan STIE Malangkucecwara bisa dengan mudah memperbaiki bahan pustaka yang bermasalah dan tidak lagi repot-repot meminjam ruangan dan alat pada bagian percetakan.
4.2.5. Pencegahan dan Perawatan bahan Pustaka
Tidak hanya menggunakan kapur barus, Perpustakaan perlu untuk melakukan fumigasi atau melestarikan bahan pustaka dengan mengasapinya untuk mencegah jamur agar tidak tumbuh, dan binatang perusak bahan pustaka.
4.2.6. Sistem Keamanan
Perpustakaan perlu menyediakan CCTV yang baru, karena CCTV yang lama sudah tidak bisa difungsika. CCTV ini berfungsi untuk mengawasi dan mengontrol area perpustakaan, selain itu untuk mengawasi pemustaka apabila melakukan tindakan yang dapat merusak buku seperti menyobek isi buku, mencoret buku bahkan mencuri buku
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo,Eko.2012. “Pelestarian Bahan Pustaka” dalam https://www.academia.edu/5319918/PELESTARIAN_BAHAN_PUSTAKA diakses pada 31 Maret 2017 pukul 17.15 WIB
Martoatmojo, Karmidi.2009. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka
Rahayuningsih, Fransisca.2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tarigan, Eka Evriza.(200?). “Pelestarian Bahan Pustaka dan Kebijakannya” dalam https://www.academia.edu/13711340/PELESTARIAN_BAHAN_PUSTAKA_DAN_KEBIJAKANNYA diakses pada 31 Maret 2017 pukul 17.30 WIB
Posting Komentar untuk "Preservasi dan Konservasi di Perpustakaan Universitas STIE Malangkucecwara (ABM)"
Untuk pembaca blog Ganipramudyo.web.id, Feel free to ask!